Fairy by Aliffah Zahra




Prolog

Fairy! you have to take responsibility!



Secara perlahan kelopak mata itu terbuka. Cahaya mulai memasuki retina yang secara bertahap menyesuaikan sinar yang memancar dari luar. Aroma kehidupan telah terhirup. Seorang gadis yang terbaring dengan cantik di suatu tempat secara nyata mendengar adanya deru angina yang berhembus. Sebelumnya gadis itu tidak pernah merasa seperti ini. Merasakan detak jantung yang secara bertahap bertabu di dalam dadanya. Gadis itu mencoba untuk bergerak, hal yang pertama ia lakukan selain membuka mata adalah mencoba menggerakan jemari-jemarinya yang menangkup di atas perutnya. Tubuh ini ringan, pikir gadis itu.

Setelah jemarinya bisa digerakan dengan leluasa, ia mencoba meraba yang ada di sekitarnya. Gadis itu masih baru dalam dimensi ini. Dimensi dimana manusia hidup, tumbuh dari dalam rahim, lahir, tumbuh berkembang hingga dewasa, dan mendapatkan kematian. Dimensi ini masih membuatnya kebingungan dan tidak tahu bagaimana harus beradaptasi, namun itu sudah menjadi takdirnya. Mungkin memerlukan beberapa waktu untuk beradaptasi. Lagipula gadis itu yakin dengan takdir yang telah dituliskan untuknya tidak akan membuatnya kesulitan. Gadis itu terbangun sebagai manusia untuk menjalankan takdir yang telah ditentukan untuknya. Selagi masih ada waktu yang bisa digunakan, maka gadis itu bisa memanfaatkan peruntungan yang dimilikinya.

Sebelumnya gadis itu merupakan seorang peri yang abadi seperti penduduk dari dunianya, karena suatu cerita gadis itu harus berhadapan dengan dimensi lain untuk melanjutkan “hidupnya” yang telah ditentukan oleh takdir. Gadis itu tidak merasa keberatan dengan jalan takdir yang harus dilaluinya dengan menjadi manusia yang masih terhubung tugasnya menjadi peri reinkarnasi. Itulah sebutan yang tepat, karena makluk abadi seharusnya tidak bisa mati dalam konotasi tiada dan meninggal, melainkan peri tersebut akan bereinkarnasi untuk melanjutkan kehidupan yang sudah ditentukan untuknya.

Peri abadi tentu saja tidak meninggal. Hidupnya akan terus berjalan dengan proses menua yang sangat lambat. Peri tersebut akan menghilang atau di dunia manusia dikatakan mati jika sudah mencapai tujuan kehidupannya. Dalam arti ketika kebahagiannya sudah tercapai dan keinginannya sudah terpenuhi menurut porsinya, beberapa peri merelakan hidupnya untuk pergi dan menggantinya dengan jiwa peri yang baru.

Siklus itu terus berulang. Mereka hanya menjalankan takdir yang telah ditentukan seperti kehidupan dan kematian yang menjadi porsi bagi para peri sehingga tetap terjaga keseimbangannya. Mereka bisa jatuh cinta dan menikah, namun hanya sebatas itu, jika ingin memiliki anak maka salah satu diantara mereka harus merelakan diri untuk pergi dan menggantinya dengan jiwa yang baru.

Berbeda dengan nasib yang dijalani oleh gadis yang baru saja bangun. Dia harus menjalani kehidupannya yang baru di dimensi yang berbeda, tidak dengan jiwa yang baru dan ingatan yang baru. Gadis itu hadir sesuai dengan kondisi terakhirnya. Dengan sepotong ingatan yang perlahan mulai kembali dan kegiatan yang harus dilakukannya di dunia manusia. Usianya ketika masih menjadi peri sudah mencapai 125 tahun, tetapi kini tubuhnya menyesuaikan dengan kehidupan manusia maka usianya terhitung menginjak 21 tahun.

Tidak ada yang berubah dengan penampilan gadis tersebut dari segi penampilan fisik, hanya saja kulitnya tidak sepucat ketika menjadi peri abadi karena sekarang sudah ada aliran darah yang mewarnainya. Gadis itu tetap secantik ketika masih menjadi peri, tubuhnya tergolong mungil tidak semampai. Matanya yang bulat beriris turquoise menyejukkan jika dipandang. Rambutnya panjang bergelombang dengan warna coklat kemerahan.

Setelah bisa menggerakan seluruh anggota tubuh gadis itu menyadari jika dia telah berada di sebuah ruangan di rumah tertinggi. Rumah? Gadis itu tidak yakin bagaimana menyebutnya karena ketika melihat ke jendela yang terlihat adalah aktivitas padat yang dilakukan oleh manusia. Ruangan disekitarnya terlihat seperti … gadis itu tidak bisa menjabarkannya. Furnitur di dalam ruangan ini menyerupai tempat tinggalnya dulu, tapi berubah dalam versi yang modern seperti yang di dunia manusia temukan.

Apakah gadis itu tinggal sendiri?

Setelah beranjak menjauhi jendela, gadis itu mendekati lemari besar tempat penyimpanan pakaian. Ia berharap bisa mendapatkan sebuah petunjuk dengan siapa nantinya tinggal di tempat ini. Sayangnya yang gadis itu dapatkan hanya beberapa setel pakaian wanita yang sangat pas jika digunakan olehnya. Ditengah kebingungannya, dia berusaha untuk mengingat apa yang harus dilakukan ketika terbangun.

“… cobalah untuk melakukan sesuatu yang bisa kau lakukan di dunia manusia, berbuat baik sebisa yang kau lakukan untuk menunjukkan ketulusan hatimu yang sesungguhnya. Ketika terbangun nanti yang dapat kau lakukan adalah beradaptasi dan jalani hidupmu sebagai manusia seperti yang sudah kau ketahui.”

 Penggalan percakapan itu kembali diingatnya. Ya, gadis itu harus melakukan sesuatu untuk bisa kembali ke dunia asalnya jika dapat menyelesaikan tugas di dimensi manusia. Sementara itu, yang bisa dilakukan adalah beradaptasi dengan kehidupan manusia. Meski wujudnya adalah manusia saat ini, tapi ingatan dan caranya hidup masih terhubung sebagai peri mengingat dia adalah peri reinkarnasi. Hal tersebut tidak akan terputus karena sudah menjadi ketentuan takdir.

Takdir adalah juri dimana hidup bergantung kepadanya. Takdir adalah penentu dimana kehidupan ini akan membawanya, itulah yang gadis itu percaya selama ini. Sedangkan di dunia manusia seperti beberapa informasi yang didapat, kehidupan manusia cenderung rumit. Gadis itu hanya bisa berdoa agar jalannya kedepan bisa dimudahkan.

Freya Claire

Nama itu tertera ketika gadis itu melihat sebuah bingkai yang menampilkan raut wajah seorang gadis yang sangat menyerupainya. Gadis itu sangat yakin jika wajah yang ditampilkan adalah bukan dirinya karena di dunia peri tidak ada momen yang harus diabadikan ketika lulus sekolah. Jadi, bisa diasumsikan bahwa mungkin tubuh yang dia huni adalah bukan miliknya melainkan tubuh milik seorang gadis bernama Freya yang memiliki nama sama sepertinya.

Lalu, dimana keberadaan Freya Claire jika tubuh gadis itu digunakan oleh si peri renkarnasi. Freya yang ini tidak yakin harus berpikir seperti apa karena jika tubuh manusia yang sudah diganti dengan jiwa peri, maka dimungkinkan jika Freya Claire sudah meninggal. Meninggal atau suatu hal yang khusus terjadi pada Freya Claire karena Freya yang ini tidak merasa ditubuhnya ada luka atau hal mencurigakan yang berhubungan dengan kematian.

Instingnya sebagai mantan peri cukup tajam dan terasah, namun dugaannya tidak bisa dipercayai bergitu saja jika belum melihat bagaimana kehidupan Freya Claire yang sebenarnya. Rupanya, tugas yang akan dijalaninya cukup menantang. Selain beradaptasi dengan manusia yang ada di dimensi ini, gadis itu juga harus mempelajari kehidupan seseorang bernama Freya Claire yang memiliki kemiripan fisik sepertinya.

Komentar